Senin, 04 November 2013

PEMBUATAN PREPARAT APUS SEL DARAH








PRAKTIKUM V
PEMBUATAN PREPARAT APUS SEL DARAH


Disusun Oleh :
Nama : Asia Astuti
  Nim    : 12222013


Asisten
TRI BINTANG PAMUNGKAS


Dosen pengampu / pembimbing
FITRATUL AINI, M.Si


LABORATORIUM BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI RADEN FATAH PALEMBANG
                                                            2013


BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Histologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jaringan tubuh dan cara jaringan ini menyusun organ-organ. Jaringan kebanyakan merupakan jaringan filamen dan serat yang saling terjalin, baik selular maupun non selular dengan lapisan membranosa. Histologi mencakup semua aspek biologi jaringan, yang berfokus pada mekanisme susunan dan struktur sel dalam mengoptimalkan fungsi yang spesifik untuk setiap organ (Anthony L, 2012).
Jaringan dibentuk oleh dua komponen yang saling berinteraksi yaitu, sel dan matriks ekstrasel. Matriks ekstrasel terdiri atas banyak jenis molekul, dan kebanyakan diantaranya sangat rumit dan membentuk struktur kompleks seperti serabut kolagen dan membran basal. Fungsi utama yang dulu dikatakan sebagai fungsi matriks ekstrasel adalah sebagai penunjang mekanis bagi sel-sel, mengangkut nutrien ke sel-sel, dan membawa katabolit dan produk sekresi. Kita kini mengetahiu bahwa, meskipun menghasilkan matriks ekstrasel, sel tersebut dipengaruhi dan terkadang diatur oleh molekul-molekul matriks. Jadi, terdapat semacam interaksi intensif antara sel-sel dan matriks, dengan sejumlah komponen matriks yang dikenali dan tertambat pada reseptor-reseptor di permukaan sel (Victor p, 2003).
Setiap jaringan fundamental dibentuk oleh beberapa jenis sel dan secara khas dibentuk oleh asosiasi sel dan matriks ekstrasel yang spesifik. Asosiasi yang khas ini mempermudah pengenalan sejumlah besar subtipe jaringan oleh mahasiswa. Kebanyakan organ dibentuk oleh kombinasi. Kombinasi yang tepat dari jaringan-jaringan tersebut memungkinkan berfungsinya setiap organ dan organisme secara keseluruhan. Ukuran sel dan matriksnya yang kecil menyebabkan histologi bergantung pada penggunaan mikroskop, sehingga kita bisa membuat sendiri preparat jaringan tentang apus sel darah manusia (Anthony L, 2012).
1.2 Tujuan
Tujuan diadakannya praktikum pembuatan preparat apus sel darah adalah :
1.      Mampu membuat preparat apus darah dengan metode apus dan pewarnaan metode Romanowski.
2.      Mampu menganalisis hasil pembuatan preparat apus darah dengan metode apus dan pewarnaan metode Romanowski.

























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


Darah adalah suatu suspensi sel dan fragmen sitoplasma yang dapat dianggap sebagai jaringan pengikat dalam arti luas, karena pada dasarnya darah terdiri atas unsur-unsur sel dan substansi interseluler yang berbentuk plasma. Fungsi utama dari darah adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel diseluruh tubuh. Darah manusia bisa dijadikan suatu preparat untuk diamati, prosedur yang paling sering dilakukan dalam pembuatan preparat atau jaringan sediaan histology atau irisan jaringan yang dapat dipelajari dengan bantuan mikroskop cahaya. Di bawah mikroskop cahaya, jaringan diamati melalui berkas cahaya yang menembus jaringan. Karena jaringan dan organ biasanya terlalu tebal untuk ditembus cahaya, jaringan tersebut harus diiris menjadi lembaran-lembaran tipis yang translusendan kemudian diletakkan diatas kaca objek sebelum jaringan tersebut diperiksa (Anthony L, 2012).
Sediaan jaringan mikroskop yang ideal harus dibuat sedemikian rupa sehingga jaringan pada sediaan tersebut tetap memiliki struktur dan komposisi molekul yang sama seperti di tubuh. Namun pada prakteknya hal ini jarang dapat dilakukan dan hampir selalu terdapat artefak, distorsi, dan hilangnya komponen-komponen akibat proses persiapannya. Prosedur atau tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pembuatan sediaan atau preparat jaringan, yaitu :
1.      Fiksasi
Jika sediaan yang permanen dikehendaki, jaringan harus difiksasi. Untuk menghindari penceraan jaringan oleh enzim di dalam sel (autolisis) atau oleh bakteri dan untuk mempertahankan struktur dan komponen molekul, potongan organ harus segera diolah dengan tepat, sebelum atau secepat mungkin setelah organ atau darah yang di ambil dari manusia dan hewan. Pengolahan fiksasi ini dapat dilakukan secara kimiawi. Pada fiksasi kimiawi, jaringan biasanya direndam dalam larutan yang menstabilkan atau dalam bahan pengikat yang disebut bahan fiksasi. Karena bahan fiksasi memerlukan waktu untuk meresap menjadi fragmen kecil sebelum difiksasi untuk mempermudah penetrasi bahan fiksasi dan untuk menjamin pengawetan jaringan. Penyuntikan intravaskular bahan fiksasi dapat dilakukan. Dalam hal ini, bahan fiksasi sampai dijaringan secara cepat melali pembuluh darah sehingga fiksasi semakin baik (Anthony L, 2012).
Salah satu bahan fiksasi terbaik untuk pemeriksaan mikroskop cahaya rutin adalah larutan dapar isotonik dari formaldehid 37%. Proses kimiawi yang terlibat dalam fiksasi tersebut sangat rumit dan tidak selalu dimengerti dengan baik. Formaldehida dan glutaraldehida, yaitu bahan fiksasi lain yang banyak dipakai, diketahui bereaksi dengan gugus amina (NH2)  protein jaringan. Pada glutaraldehida, kerja fiksasinya diperkuat karena zat ini merupakan dialdehida yang dapat membentuk ikatan silang antar protein (Anthony L, 2012).
Mengingat tingginya resolusi yang dihasilkan oleh mikroskop elektron diperlukan lebih banyak perhatian dalam proses fiksasi untuk mempertahankan rincian struktur ultranya. Untuk itu, prosedur fiksasi ganda dengan menggunakan larutan dapar glutaraldehid, yang diikuti fiksasi kedua dengan dapar osmium tetroksida, menjadi prosedur baku persiapan pengkajian struktur yang halus, efek osmium tetroksida adalah mempertahankan dan memulas lipid dan protein (Wildan, 1996).

2.      Pemendaman dan Pemotongan
Jaringan umum nya dipendam dalam medium padat untuk memudahkan pemotongan. Untuk memperoleh sediaan yang tipis dengan mikrotom, jaringan harus diinfiltrasi sesudah fiksasi dengan substansi pemendaman yang memberi sifat padat pada jaringan. Bahan pemendaman meliputi parafin, dan damar plastik. Parafin digunakan secara rutin untuk mikroskop cahaya, damar digunakan baik untuk mikroskop cahaya maupun elektron. Proses pemendaman parafin, atau impregnasi jaringan, biasanya didahului oleh dua tahap utama yaitu, pengeringan dan penjernihan. Air mula-mula dihilangkan dari potongan jaringan yang ingin dipendam dengan cara merendamnya berturut-turut secara bertahap dalam larutan etanol dan air, biasanya dari etanol 70% sampai 100% (pengeringan). Etanol kemudian digantikan dengan larutan yang dapat bercampur dengan alkohol dan media pemendaman. Sewaktu jaringan diinfiltrasi oleh pelarut, jaringan biasanya menjadi jernih (transparan). Setelah jaringan tersebut dipenuhi (terimpregnasi) dengan larutan, jaringan dimasukkan dalam parapin cair di dalam oven, pada suhu 52-60 . Panas akan menguapkan pelarut dalam jaringan dan celah jaringan yang ditinggalkan akan diisi dengan parafin. Setelah dikeluarkan dari oven, potongan jaringan dengan parafin didalamnya akan menjadi keras. Jaringan yang akan dipendam dalam damar plastik juga menjadi kering dalam etanol dan bergantung pada jenis damar yang dipakai dan kemudian diinfiltrasi dengan larutan plastik (Anthony L, 2012).
Cara lain untuk menyediakan sediaan jaringan adalah pemaparan jaringan dengan pembekuan cepat. Pada proses ini, jaringan difiksasi melalui pembekuan dan sekaligus menjadi keras dan siap untuk dipotong. Pembekuan jaringan juga efektif untuk studi histokimiawi enzim yang sangat sensitif atau molekul kecil, karena pembekuan tidak seperti fiksasi dan tidak menginaktifkan sebagian besar enzim (Victor p, 2003).

3.      Pemulasan
Agar dapat di lihat dibawah mikroskop, sediaan harus di pulas atau diwarnai karena kebanyakan jaringan tidak berwarna. Oleh sebab itu sejumlah metode pemulasan jaringan telah dirancang agar berbagai unsur jaringan jelas terlihat dan dapat dibedakan satu dengan yang lain. Pewarna memulas berbagai unsur jaringan kurang lebih secara selektif. Kebanyakan pewarna ini bersifat sebagai senyawa asam atau basa dan cenderung membantuk ikatan elektrostatik (garam) dengan radikal yang dapat terionisasi di jaringan. Komponen jaringan dengan muatan negatif (anionik) lebih mudah dipulas dengan pewarna basa dan disebut basofilik, komponen kationik, seperti protein dengan banyak gugus amino yang terionisasi, memiliki afinitas untuk pewarna asam dan disebut asidofilik (Victor p, 2003).
Dari semua pewarna, kombinasi hematoksilin dan eosin (H & E) paling banyak dipakai. Hematoksilin memulas DNA inti sel dan struktur asam lainnya di sel menjadi biru. Sebaliknya, eosin memulas sitoplasma dan kolagen menjadi merah muda. Banyak pewarna lain, seperti trikrom, dipakai pada prosedur histology lainnya (Anthony L, 2012).
Pada banyak prosedur, struktur tertentu seperti inti sel menjadi terlabel, tetapi bagian sel lain sering tidak nampak. Dalam hal ini pulasan balik digunakan untuk memberikan informasi tambahan, pemulasan balik biasanya adalah pewarna tunggal yang diberikan pada suatu sediaan dengan metode lain untuk mempermudah pengenalan inti atau struktur lain (Victor p, 2003).
Lama keseluruhan prosedur mulai dari saat fiksasi sampai pengamatan jaringan dibawah mikroskop cahaya dapat memerlukan waktu yang cukup lama bergantung pada pembuatan jaringan tersebut. Kemudian sediaan yang telah dibuat diletakkan pada kaca objek dengan media prekat (Anthony L, 2012).











BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat
Waktu pelaksanaan praktikum dilaksanakan pada hari Senin, 03 Juni 2013, pukul10.30 WIB. Tempat pelaksanaan praktikum di laboratorium biologi MIPA Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Fatah Palembang.

3.2 Alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum pembuatan preparat apus sel darah, yaitu :
1.      Mikroskop
2.      Obyek glass
3.      Cover glass
4.      Blood lancet
5.      Giemsa fluka
6.      Etanol
7.      Methanol
8.      Darah (manusia atau mencit)

3.3 Cara kerja
Langkah-langkah yang dilakukan dalam praktikum pembuatan preparat apus sel darah adalah :
1.      Ambil setetes darah (manusia, katak, mencit) dan diteteskan pada obyek glass.
2.      Ditipiskan darah dengan menggunakan tepi obyek glass dan ditunggu sampai kering.
3.      Hapusan yang sudah kering ditetesi dengan methanol (obyek glass dimiringkan) hingga merata dan ditunggu hingga kering  1 jam.
4.      Pembuatan pewarna sel dengan cara mencampurkan giemsa fluka dan buffer giemsa / etanol (1:9).
5.      Diteteskan pewarna giemsa pada apusan dan ditunggu selama 15-30 menit (hingga warna berubah menjadi ungu).
6.      Kemudian dibilas dengan air mengalir hingga tidak ada pewarna giemsa yang tersisa dan dikeringkan.
7.      Diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran lemah kemudian dengan perbesaran kuat.























BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
Hasil yang diperoleh dalam melakukan praktikum pembuatan preparat apus sel darah manusia adalah :

























4.2 Pembahasan
Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan, tentang pembuatan preparat apus sel darah, bahwa darah adalah suatu suspensi sel dan fragmen sitoplasma yang dapat dianggap sebagai jaringan pengikat dalam arti luas, karena pada dasarnya darah terdiri atas unsur-unsur sel dan substansi interseluler yang berbentuk plasma. Fungsi utama dari darah adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel diseluruh tubuh. Didalam darah terdapat eritrosit dan leukosit.
Dalam pembuatan preparat ini, pengambilan darah harus diperhatikan dengan hati-hati agar pada saat pembuatan dapat mudah dilakukan, dan juga agar dapat membuat dengan hasil yang bagus saat dilihat dengan mikroskop. Preparat yang dihasilkan tidak begitu sama dengan hasil aslinya karena dalam pembuatan mungkin terdapat kesalahan seperti preparatnya masih basa atau belum kering. Tetapi setelah dilihat dengan mikroskop dengan perbesaran yang sesuai, preparat terlihat jelas dan bagus, dan terlihat bagian-bagian darahnya seperti yang terlihat adanya eritrosit dan leukosit didalam preparat yang telah kami buat.




















BAB V
PENUTUP


5.1 Kesimpulan
Darah adalah suatu suspensi sel dan fragmen sitoplasma yang dapat dianggap sebagai jaringan pengikat. Pembuatan preparat apus sel darah dengan suatu metode yang disebut metode oles (metode smear) yang merupakan suatu sediaan dengan jalan mengoles atau membuat selaput (film) dan substansi yang berupa cairan atau bukan cairan diatas gelas benda yang bersih dan bebas lemak untuk kemudian difiksasi, diwarnai dan ditutup dengan gelas penutup dan diwarnai dengan HE (hemotoksin dan eosin) dan juga digunakan methanol dan pewarna giemsa fluka dan buffer giemsa / etanol. Hasil yang telah jadi di lihat dengan menggunakan miksroskop dengan perbesaran yang sesuai, dan hasilnya pun berhasil bahkan hampir sama dengan preparat yang aslinya.

5.2 Saran
Sebaiknya dalam praktikum, praktikan harus lebih berhati-hati agar tidak terjadi kesalahan dalam praktikum pembuatan preparat apus sel darah, dan juga harus berhati-hati dalam menggunakan alat dan bahannya agar hasil yang didapat bagus dan memuaskan.








DAFTAR PUSTAKA


Eroschenko, Victor P, 2003. Atlas Histologi. Edisi 9. Jakarta. Buku Kedokteran EGC
Mescher, Anthony L, 2012. Histologi Dasar JUNQUIERA. Jakarta. Buku Kedokteran EGC
Yatim, Wildan, 1996. HISTOLOGI DASAR. Bandung. Pustaka Setia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar