1.
Latar Belakang
Arus
listrik searah adalah arus listrik yang nilainya hanya positif atau hanya
negatif saja (tidak berubah dari positif ke negatif atau sebaliknya). Arus
listrik searah dikenal dengan singkatan DC (Direct Current). Sesuai dengan namanya,
listrik arus searah ini mengalir ke satu jurusan saja dalam kawat penghantar,
yaitu dari kutub positif (+) ke kutub negatif (-). Penerapan arus listrik
searah dapat dilihat di dalam rangkaian seri dan rangkaian paralel. Selain itu,
dalam penerapan Hukum Kirchoff pada suatu rangkaian juga terdapat arus listrik
searah. Dalam listrik sendiri terdapat beberapa hal yang mempengaruhi listrik
itu sendiri, yaitu seperti tahanan, arus, tegangan dan lain lain. Dalam
kehidupan sehari hari pun kita juga sering didengarkan dengan yang namanya
hambatan, arus dan tegangan, namun kita sering tidak pernah mengerti apakah
yang sebenarnya dimaksud dengan hambatan, arus dan tegangan. Hambatan listrik
merupakan suatu hambatan pada rangkaian yang nantinya dapat menghambat arus
listrik yang mengalir. Semakin besar hambatan yang mengalir pada suatu
rangkaian dan pada suatu variable V (tegangan yang tetap), maka arus yang
mengalir pada rangkaian pun juga makin kecil.
Dalam
rangkaian listrik terdapat banyak sekali konfigurasi rangkaian
komponen-komponen elektronika, bukan sekedar rangkaian sederhana yang hanya
terdiri dari sumber tegangan dan beban, tetapi lebih dari itu. Dua konfigurasi
rangkaian yang paling banyak digunakan dalam rangkaian listrik adalah seri dan
paralel. Rangkaian hambatan paralel yaitu rangkaian yang resistornya disusun
dengan adanya percabangan sehingga jika salah satu rangkaian hambatan terputus
maka rangkaian listriknya tidak akan terputus karena tegangan listrik masih
dapat mengalir ke cabang rangkaian yang lainnya. Dalam rangkaian hambatan
paralel ini, tetap saja ada cara untuk memutuskan rangkaiannya yaitu dengan
memutus semua percabangan dari hambatan sehingga tegangan tidak dapat mengalir
lagi melewati rangkaian listrik.
2.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan yang akan dicapai setelah melakukan
praktikum adalah :
1. Mahasiswa
dapat menentukan kuat arus listrik dan beda potensial listrik pada
masing-masing hambatan yang dususun pararel.
2. Mahasiswa
memahami pemasangan ampermeter dan voltmeter.
3. Mahasiswa
memahami konsep hukum kirchoff.
3.
Tinjauan Pustaka
Resistor
merupakan komponen elektronika yang berfungsi untuk menghambat aliran arus
listrik. Resistor dibuat dengan ukuran badan yang mencerminkan kemampuan
terhadap daya lesap yang diterimanya jika dialiri listrik yang disebut dengan
kemampuan daya listrik. Daya ini akan menaikkan suhu resistor, dan jika
melebihi kemampuan daya yang ditentukan, dapat menyebabkan kerusakan yang
permanen. Adapun simbol resistor atau tahanan listrik sebagai berikut :
Resistor yang banyak digunakan dibuat dari karbon yang dinamakan resistor film
karbon. Resistor karbon menggunakan cincin sandi warna yang dicatkan pada
resistor untuk menunjukan nilai hambatan.
a. Rangkaian Seri
Rangkaian
seri listrik adalah rangkaian listrik, dimana input suatu komponen berasal dari
output komponen lainnya. Hal inilah yang menyebabkan rangkaian lisrik dapat
menghemat biaya (digunakan sedikit kabel penghubung). Selain memiliki kelebihan
rangkain listrik seri juga mempunyai kelemahan, yaitu jika salah satu komponen
dicabut atau rusak maka komponen yang lainya tidak dapat berfungsi sebagaimana
mestinya. Misal, jika salah satu lampu dicabut atau rusak maka lampu yang
lainya akan ikut padam (Edi, 2011).
Apabila
beberapa resistansi dihubungkan secara seri, resistansi total dalam rangkaian
adalah Rs = Rı + + R₃.
Rangkaian
seri adalah rangkain yang arusnya mengalir hanya pada satu jalur. Dalam
rangkaian seri, arus I akan sama dalam semua bagian rangkaian tersebut. Hukum
ohm dapat diterapkan untuk keseluruhan rangkaian seri atau untuk bagian –
bagianya rangkainya secara sendiri – sendiri (Gussow, 2004).
1.
Nilai hambatan pengganti lebih besar dari nilai
hambatan masing-masing. Karena Rp = R1 + R2 + R3 + …..Rn
2.
Kuat arus yang mengalir dalam setiap hambatan sama
besar
3.
Dapat dijadikan pembagi tegangan, karena Vp =
VR1 + VR2 + VR3 + …..VRn,
4.
Beda potensial pada setiap hambatan dapat dihitung,
dengan menggunaakan hukum Ohm, karena VRi = i.Ri,
b.
Rangkain Paralel
Jika resistor –
resistor itu paralel, maka arus yang melalui resistor tidak sama. Tetapi
selisih potensial diantara terminal – terminal setiap resistor harus sama dan
sebanding dengan V. Umumnya arus yang melalui resistor berbeda karena muatan
terakumulasi atau terkuras ke luar dari titik a, maka arus total harus
sama dengan jumlah ketiga arus dalam resistor. Resistor – resistor paralel
ditambahkan secara terbalik karena arus dalam setiap resistor sebanding dengan
tegangan dan berbanding terbalik dengan hambatan (Young, 2003). Rangkaian
paralel adalah rangkaian listrik yang di susun secara bederet (paralel). Lampu
yang dipasang dirumah umumnya merupakan rangkaian paralel. (Rushell, 2011).
sifat-sifat rangkaian paralel, adalah
sebagai berikut:
1.
Nilai hambatan pengganti menjadi lebih kecil dari
nilai hambatan masing-masing,
2.
Kuat arus listrik yang mengalir dalam setiap hambatan
berbeda (kecuali nilai setiap hambatan sama, arus pun sama), sebab; itotal
= i1 + i2 + i3 + … + in
3.
Dapat dijadikan pembagi arus, karena mematuhi hukum
Kirchoff I
4.
Beda potensial antara ujung-ujung setiap hambatan
sama, karena Vab = VR1 = VR2 = VR3 =
… = VRn,
c. Mengukur kuat arus listrik dan beda
potensial listrik
Arah
arus listrik dalam suatu rangkaian listrik yaitu dari potensial tinggi ke potensial
rendah. Kuat arus listrik dapat diukur dengan alat amperemeter, yang dapat
dirakit dari alat basic meter yang dipasang dengan Shunt. Amperemeter
adalah alat untuk mengukur kuat arus listrik. Untuk mengukur kuat arus listrik,
diukur dengan amperemeter, yang disusun secara seri atau berurutan dengan
komponen yang akan diukur kuat arusnya. Mengapa harus dipasang seri? Penyusunan
amperemeter untuk mengukur kuat arus yang lewat pada lampu dalam sebuah
rangkaian ditunjukkan oleh Gambar berikut.
Sedangkan Beda potensial listrik dapat diukur dengan alat
voltmeter, yang dapat dirakit dari alat basic meter yang dipasang dengan
Multiflier. Voltmeter adalah alat ukur tegangan listrik. Voltmeter sering
dicirikan dengan simbol V pada setiap rangkaian listrik. Voltmeter harus
dipasang paralel dengan ujung-ujung hambatan yang akan diukur beda
potensialnya. Satuan beda potensial listrik dalam satuan SI adalah volt atau
diberi simbol V. Voltmeter sendiri mempunyai hambatan sehingga dengan
disisipkannya voltmeter tersebut menyebabkan arus listrik yang melewati
hambatan R sedikit berkurang. Idealnya, suatu voltmeter harus memiliki hambatan
yang sangat besar agar berkurangnya arus listrik yang melewati hambatan R juga
sangat kecil. Komponen dasar suatu voltmeter adalah galvanometer.
Mengukur beda potensial
d. Hukum Ohm
Hukum OHM
dikemukakan oleh Georage Simon Ohm dari Jerman pada tahun 1825. Kemudian Hukum
Ohm dikemukakan 1827 melalui sebuah paper yang berjudul “ The Galvanic Circuit Investigated
Mathematically.”
Hukum OHM
diambil dari nama ilmuwan fisika Georage Simon Ohm. Dia merupakan ilmuwan yang
menentukan hubungan antara beda potensial dengan arus listrik. Dia pun
menemukan bahwa perbandingan antara beda potensial di suatu beban listrik
dengan arus listrik yang mengalir pada beban listrik tersebut menghasilkan
angka yang konstan. Konstanta ini kemudian dinamakan dengan hambatan listrik
(R). Untuk menghargai jasanya maka satuan hambatan dinamakan dengan OHM (Ω).
Terdengar
banyak bunyi Ohm yang terdapat dibuku. Tetapi secara garis besar hamper sama.
Hukum Ohm berbunyi : “Kuatnya arus listrik yang mengalir pada sauatu beban
listrik sebanding lurus dengan tegangan listrik dan berbanding terbalik dengan
hambatan.”
Jadi Hukum
Ohm dapat dirumuskan menjadi :
Keterangan :
V =
Tegangan (Volt)
I
= Kuat arus (Watt)
R =
Hambatan / Resistansi (R)
Fungsi hukum
ohm :
Fungsi utama
dari Hukum Ohm adalah untuk mengetahui hubungan tegangan dan kuat arus serta
dapat digunakan untuk menentukan suatu hambatan beban listrik tanpa menggunakan
alat ohmmeter.
e. Hukum
Kirchoff
1. Hukum Kirchoff I
“pada setiap
cabang, jumlah arus yang memasuki cabang sama dengan jumlah arus yang
meninggalkan cabang tersebut” (Gunadarma, 2011).
Di
pertengahan abad 19 gustav Robert Kirchoff (1824-1887) menemukan cara
menentukan arus listrik pada rangkain bercabang yang kemudian dikenal dengan
hukum kirchoff. Hukum ini berbunyi “jumlah arus yang masuk dalam titik
percabangan sama dengan jumlah arus yang keuar dari titik percabangan”. Yang
kemudian dikenal sebagai hukum kirchoff I (purnomo, 2011).
Secara matematis dinyatakan :
∑ = ∑
2. Hukum Kirchoff
II
Adalah hukum
kekentalan energi yang diterapkan dalam suatu rangkain tertutup. Hukum ini
menyatakan bahwa jumlah aljabar dari GGL (gaya gerak listrik) sumber beda
potensial dalam sebuah rangakaian tertutup (100p) sama dengan nol. Secara
matematis, hukum kirchoff II ini dirumuskan dengan persamaan:
∑E + ∑V = 0
Dimana V adalah beda potensial
komponen – komponen dalam rangkaian (kecuali sumber ggl) dan F adalah GGL
sumber (Medi, 2011).
Hukum kirchoff II dipakai untuk
menentukan kuat arus yang mengalir pada rangkaian bercabang dalam keadaan
tertutup (sakalar dalam keadaan tertutup)
Hukum kirchoff II berbunyi “ dalam
rangkaian tertutup jumlah aljabar 666 (E) dan jumlah penurunan potensial sama
dengan nol ”. maksud dari jumlah penurunan potensial sama dengan nol adalah
tidak ada energi listrik yang hilang dalam rangkain tersebeut, atau dalam arti
semua energi listrik bisa digunakan atau diserap (Aljabar, 2011).
4.
Alat dan Bahan
Alat :
1.
Papan rangkaian berfungsi untuk
merangkai jembatan penghubung dan menghubungkan
alat listrik lainnya.
2.
Basicmeter berfungsi untuk mengukur arus
/ tegangan yang sangat kecil.
3.
Catu daya / power suply berfungsi untuk
memberi energi listrik sementara ketika terjadi kegagalan daya pada listrik
utama.
4.
Resistor berfungsi untuk menahan arus listrik
dengan memproduksi tegangan listrik
di antara kedua kutubnya.
5.
Kabel penghubung merah dan hitam
berfungsi Untuk
menghantarkan arus listrik.
6.
Sakelar berfungsi untuk memutuskan jaringan listrik,
atau untuk menghubungkannya ke aliran listrik.
7.
Jembatan penghubung berfungsi untuk
menghubungkan aliran arus listrik dengan cara mencolokkan kedua kaki jembatan
penghubung pada papan rangkaian.
5.
Prosedur Praktikum
1. Persiapkan semua peralatan yang
dibutuhkan.
2.
Susun
rangkaian seperti pada gambar dibawah ini membentuk sebuah
rangkaian paralel seperti gambar berikut :
I1
|
I2
|
V
|
I
|
I3
|
Vs
3. Berikan tegangan
masukan 3 volt DC pada catu daya / power suply.
4. Hidupkan Sakelar
(S).
5. Ukur kuat arus yang
mengalir dalam rangkaian (I) dan pada masing-masing hambatan (I1, I2,
dan I3).
6. Ukur beda potensial
pada rangkaian (V).
7. Ulangi langkah
3,4,5, dan 6 untuk tegangan masukan 6 volt, 9 volt, dan 12 volt DC.
6.Hasil
dan pembahasan
6.1 Hasil
No
|
VS
|
V
|
Itot
|
I1 (47)
|
I2 (56)
|
I3 (100)
|
1
|
3 V
|
2,8 volt
|
120 mA
|
60 Ma
|
40 mA
|
20 mA
|
2
|
6 V
|
6 volt
|
280 mA
|
120 mA
|
100 mA
|
60 mA
|
3
|
9 V
|
8,6 volt
|
420 mA
|
180 Ma
|
160 mA
|
80 mA
|
4
|
12 V
|
9,6 volt
|
460 mA
|
200 Ma
|
160 mA
|
100 mA
|
Keterangan : R1 = 47 Ω
R2 = 56 Ω
R3 = 100 Ω
Berdasarkan teori diperoleh hasil :
Hambatan pengganti =
Rp = 20,35 Ω
6.1.1
Untuk Vs 3 volt
Itot =
=
= 0,147 A = 147 mA
I1 =
=
=
0,0638 A = 63,8 mA
I2 =
=
=
0,0535 A = 53,5 mA
I3 =
=
=
0,03 A = 30 mA
Itot = 63,8 mA + 53,5 mA + 30 mA =147,3 Ma
6.1.2
Untuk Vs 6 volt
Itot =
=
= 0,294 A = 294 mA
I1 =
=
=
0,127 A = 127 mA
I2 =
=
=
0,107 A = 107 mA
I3 =
=
=
0,06 A = 60 mA
Itot = 127 mA + 107 mA + 60 mA = 294 mA
6.1.3
Untuk Vs 9 volt
Itot =
=
= 0,442 A = 442 mA
I1 =
=
=
0,1914 A = 191,4 mA
I2 =
=
=
0,1607 A = 160,7 mA
I3 =
=
=
0,09 A = 90 mA
Itot = 191,4 mA + 160,7 mA + 90 mA = 442,1 mA
6.1.4
Untuk Vs 12 Volt
Itot =
=
= 0,589 A = 589 mA
I1 =
=
=
0,255 A = 255 mA
I2 =
=
=
0,214 A = 214 mA
I3 =
=
=
0,12 A = 120 Ma
Itot = 255 mA + 214 mA + 120 mA = 589 mA
6.2 Pembahasan
Besar arus
listrik yang melalui suatu penghantar diteliti oleh George Simon Ohm. Hasil
penelitian Ohm menunjukkan bahwa besarnya kuat arus yang mengalir pada suatu
konduktor (kawat) hanya ditentukan oleh besar beda potensial antara kedua ujung
kawat. Hubungan kuat arus dan beda tegangan ini disebut dengan hokum Ohm dan
dinyatakan sebagai:
Besar kuat arus sebanding dengan
tegangan kedua ujung konduktor. Hubungan ini dinyatakan dengan : I ~ V
Dengan memasukkan konstanta k maka
kesebandingan dapat dinyakan dengan persamaan: I = kv.
Konstanta k dikenal dengan
konduktivitas (daya hantar ) bajan.
Selanjutnya,
hubungan ini dinyatakan dengan V ~ I, yang dinyatakan dengan grafik berikut
ini. Dengan memasukan konstanta R maka hubungan V ~ I dapat dinyatakan sebagai
persamaan : V = R I
Konstanta R dikenal dengan
Resistansi (hambatan) suatu penghantar. Persamaan I = kV dapat dinyatakan
dengan V = I/k sehingga: R= 1/k. hubungan ini
menyatakan bahwa hambatan suatu konduktor berkebalikan dengan konduktivitasnya.
Konstanta k diperoleh dengan membandingkan perubahan tegangan ΔV dan perubahan
kuat arus ΔI. Baik perubahan tegangan maupun perubahan arus diperoleh dari
hasil pengukuran.
Keterangan :
V = beda potensial (v)
I = kuat arus (A)
R = hambatan (Ω)
Pada hasil praktikum ada perbedaan
dengan hasil perhitungan suara disebabkan karena adanya r dalam hambatan dalam
dan juga di pengaruhi faktor dari kabel penghubungnya yang menyebabkan hasil
praktukum dengan hasil perhitungan suara.
7
Kesimpulan
Dalam rangkaian pararel besar kuat
arus sebanding dengan tegangan kedua ujung konduktor. Hubungan ini dinyatakan
dengan : I ~ V dan hubungan kuat arus dan beda
tegangan ini disebut dengan hokum Ohm. Dalam hukum ohm dapat dinyatakan dengan
V= I.R.
Evaluasi
1.Tiga
buah hambatan masing-masing 100 ohm, 50 ohm, dan 40 ohm disusun pararel,
kemudian dihubungkan dengan sumber tegangan 22 volt. Tentukan kuat arus listrik
terbesar dan terkecil yang mengalir pada masing-masing hambatan ?
Penyelesaian :
Dik :
R1= 100 ohm
R2 = 50 ohm
R3 =40 ohm
V =22 volt
Dit : ITerbesar
dan Iterkecil ?
Jawab :
I1 =
=
= 0,22
A
I2 =
=
=
0,44 A
I3 =
=
=
0,5 A
ITerbesar =
I3
= ITerkecil = I1
2. Perhatikan rangkaian
gambar berikut:
60
ohm 10 ohm
30 ohm
Vs
Tentukan
beda potensial pada ujung-ujung hambatan 10 ohm ?
Penyelesaian
:
Dik
:
R1
= 60 ohm
R2
= 10 ohm
R3
= 30 ohm
Dit
: V10 ohm ?
Jawab
:
V3 = V1 = R1 . I1
= 60
. 2
=120
Volt
I3
=
=
= 4 A
ITot = I1
+ I3
= 2 + 4
= 6 A
V = I . R
= 10 . 6
= 60 Volt
Daftar
Pustaka
id.pdfsb.com/jurnal+rangkaian+seri+dan+paralel
diakses pada hari senin, 29 april 2013, pukul
18.45 WIB.
https://www.google.com/search?client=firefox-a&rls=org.mozilla:en-US:official&channel=fflb&q=jurnal+praktikum+rangkaian+hambatan+paralel diakses
pada hari senin, 29 april 2013, pukul 18.50 WIB.